Salah satu nasihat dari ibu saya yang selalu saya ingat adalah: “Apapun masalah yang kamu alami maka hadapilah, jangan lari!”. Pada awalnya nasihat tersebut saya gunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di seputar hidup saya, dan alhamdulillah hasilnya memuaskan. Namun ternyata nasihat tersebut juga relevan ketika diterapkan dalam dunia bisnis.
Larry Bossidy, mantan CEO Honeywell Internasional, memberikan nasihat yang sama untuk para manajer dan pemimpin perusahaan. Bekerja sama dengan Ram Charan, salah seorang konsultan bisnis terkemuka, menulis buku yang berjudul “Confronting Reality: Doing What Matters to Get Things Right”. Di dalam buku tersebut, mereka mewanti-wanti para manajer dan pemimpin perusahaan agar jangan menutup-nutupi masalah yang dihadapi oleh perusahaan, khususnya keuangan. Kenapa hal ini ditekankan? karena tidak sedikit para manajer dan pemimpin perusahaan yang memilih menyembunyikan kepala mereka di dalam tanah daripada menghadapi kebingungan serta kompleksitas masalah bisnis yang mereka hadapi.
Jika Melihat Masalah, Hadapi!
Bagi sebagian besar manajer dan pemimpin perusahaan, situasi bisnis saat ini bisa dikatakan tidaklah mudah; tingkat kompetisi yang tinggi bahkan bisa dikatakan sebagai hyper-competition, harga produk yang cenderung turun dan daya tawar konsumen yang semakin tinggi. Kondisi tersebut pasti akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Para manajer tidak sedikit yang tergoda untuk melakukan financial engineering sehingga laporan keuangan terlihat baik-baik saja. Namun demikian, perilaku ini sebetulnya hanya akan menjadikan masalah yang dihadapi perusahaan terus terakumulasi dan menjadikan perusahaan semakin rendah daya kompetitifnya. Bossidy dan Charan menawarkan beberapa nasihat kepada para manajer dan pemimpin perusahaan agar dapat menghadapi masalah yang timbul akibat perubahan yang cepat dalam lingkungan bisnis.
- Memahami lingkungan bisnis saat ini dan kemungkinan akan terjadi di masa depan, menghindari nostalgia kesuksesan bisnis masa lalu. Pemahaman lingkungan bisnis akan membawa manajer dan pemimpin perusahan untuk memahami konteks bisnis yang mereka lakukan. Pemahaman terhadap konteks bisnis yang dijalani saat ini akan memudahkan untuk memproyeksikan tren bisnis ke depan. Mengandalkan stategi masa lalu karena telah terbukti membuat bisnis sukses dapat menyebabkan bencana. Blackberry misalnya, keputusan mereka tetap mempertahankan operating system menyebabkan pangsa pasarnya tergerus oleh ponsel dari Apple dan yang berbasis android. Pada tahun 1990an hanya sedikit yang membayangkan bahwa Backberry akan bangkrut dan Apple akan mencapai kapitalisasi market setara dengan 180 perusahaan di S & P 500.
- Selalu mencari dan terbuka terhadap ide-ide baru. Manajer harus proaktif dan berpikiran terbuka. Gunakan waktu untuk berbicara dengan karyawan, supplier, pelanggan, kolega, dan siapa pun yang berhubungan dengan mereka. Apa yang mereka pikirkan? Perubahan dan peluang apa yang mereka lihat? Apa yang membuat mereka khawatir tentang masa depan? Informasi yang didapat kemudian direfleksikan ke dalam proses bisnis perusahaan. Apa yang harus berubah? dan bagaimana caranya?
- Hindari penyebab utama manajer gagal menghadapi kenyataan. Informasi yang disaring, mendengarkan apa yang baik saja, panjang angan-angan, ketakutan yang tidak berdasar, baper ketika melakukan kegagalan, serta harapan yang tidak realistis adalah beberapa penyebab utama manajer dan pemimpin perusahaan gagal menghadapi realitas. Misalnya, ketika penjualan dan laba turun drastis, para manajer motor Honda percaya bahwa perusahaan hanya mengalami blip saja, sehingga menjadi peluang bagi Yamaha untuk merebut posisi pertama perusahaan penjual kendaraan bermotor di Indonesia. Ketika menyadari bahwa posisinya telah direbut oleh Yamaha, maka para executive Honda di Jepang baru bergerak untuk meluncurkan motor dengan teknologi yang lebih maju.
- Menilai kapablitas organisasi secara obyektif. Memahami lingkungan internal sama pentingnya dengan memahami lingkungan bisnis. Manajer dan pimpinan perusahaan perlu mengevaluasi apakah perusahaan mereka memiliki kemampuan, komitmen, dan modal yang diperlukan untuk melakukan perubahan? Modal utama untuk melakukan perubahan adalah adanya sense of urgency, dan kekompakan tim serta disiplin dalam menjalankan proses perubahan.
Keputusan untuk tetap menjalankan usaha di lingkungan bisnis saat ini mengharuskan manajer dan pimpinan perusahaan tetap waspada. Manajer perlu terus mengasah kepekaan terhadap strategi pesaing, tren industri yang terjadi, perubahan teknologi, perubahan kebijakan pemerintah, perubahan kekuatan pasar, dan perkembangan ekonomi. Pada saat yang sama, mereka perlu bekerja keras untuk terus memahami apa yang dipikirkan dan diinginkan pelanggan mereka. Dengan melakukan itu semua, para pemimpin diharapkan dapat lebih mampu menghadapi kenyataan dan siap untuk melakukan perubahan. Tidak mudah memang, namun dengan tekad yang kuat dan kesabaran semuanya akan mungkin untuk diwujudkan.
